Di tengah batuk dan pilek yang menyikasaku, gadis bodoh ini tak ingin
mengungkapkan banyak hal, walaupun sebisa mungkin aku berusaha tidak
menulis banyak hal tentangmu, tapi kuyakin tulisan ini akan terdiri dari
beberapa paragraf. Yang isinya, tentu saja tak akan pernah terbaca
olehmu.
Selamat ulang tahun, semoga tidak terlambat. Aku hanya ingin di umurmu
yang semakin bertambah, kamu semakin tumbuh jadi pribadi yang menurut
pada perkataan orangtua, mencintai adik perempuan,mu mengemban tanggung
jawabmu sebagai seorang kakak, dan mampu menjaga hati perempuan yang
sedang bersamamu saat ini.
Dua setengah tahun perkenalan kita, Tuan, dan selama itu pun aku tak
pernah berani untuk mengungkapkan yang sebenarnya kurasakan selama ini.
Ada rasa sesak yang selalu menghantui, rasa takut kehilangan yang tak
pernah kupahami. Tuh, kan, setiap membicarakanmu pasti aku galau lagi.
Aku tidak tahu, Tuan, dua setengah tahun ini, kamu menjelma jadi apapun
yang kutakutkan. Setiap melihatmu, ada bayang-bayang masa lalu yang
selalu berusaha kulawan. Namun, semakin aku berlari menjauh, semakin
sosokmu terasa dekat dan nyata. Mungkin, ini salahku yang jatuh cinta
padamu, yang tak bisa menerima kenyataan bahwa kita memang tak bisa
bersatu.
Sejak bertemu denganmu, Tuan, aku tak meminta banyak hal selain bisa
terus dekat denganmu, meskipun harus jadi bayangan ataupun angin yang
menyentuh rambut tebalmu. Aku bukan perempuan yang pandai menceritakan
perasaanku padamu karena saat bertemu denganmu, aku layaknya patung yang
tidak bisa menggerakan seluruh organ tubuhku, entah mengapa; kamu
selalu tampak memesona meskipun kaumungkin tidak menyadari bahwa gadis
ini telah mencintaimu dengan sangat berani.
Sungguh, Tuan, aku hanyalah perempuan yang takut kegelapan. Sementara
dirimu adalah cahaya di ujung terowongan, yang sulit kugapai karena
merasa kamu terlalu jauh. Kita pernah begitu dekat, namun kedekatan yang
kupikir akan berlanjut itu berakhir seperti asap rokokmu, yang mengepul
di udara, menghilang tanpa jejak, bergegas pergi tanpa pamit. Sosokmu
adalah asap rokokmu yang hanya sesaat terlihat, lalu pergi tak
membekas.
Selamat ulang tahun, Teman, pria yang sebenarnya ingin kuanggap lebih
dari teman. Sudah dua setengah tahun, dan aku tak punya alasan yang
masuk akal untuk melupakanmu.
Sudah dua setengah tahun, dan aku masih sangat mencintaimu, sedalam dulu, ketika pertama kali; kausebut namamu.
untuk yang selalu berkata
hal yang tak mungkin
hanyalah memakan kepala sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar