Jumat, 18 September 2015

Kangen

Aku kangen. Beneran. Mungkin ini terdengar aneh.
Namamu merangsuk masuk ke otakku diatas hapalan Biologi
yang terlanjur lebih dulu masuk ke otakku.

Kamu menggangu sekali
2 hari yang lalu, kemarin dan hari ini, kamu kembali
Dimana lagi?
Di otak dan hatiku kali ini!

Jujur
Aku benci.
Kamu datang, memberi kabar, lalu pergi tanpa permisi
Selalu dan selalu kamu sibuk sendiri!

Ingin rasanya, kamu segera saya miliki
Tapi, mengingat kata-katamu kemarin, aku menggigil
Kalau aku bom, aku sudah meledak dari kemarin
Sakit ya? Tapi itu realita, saya cuma butuh waktu untuk menerimanya.

Sore dan hujan.
Hujan khas Bogor.
Deras dan bau tanah basah

Saya gerah,
gerah ingin ke kota itu segera.
Segera menemukan hati yang pernah tertinggal di sana.
Jogja.

Kangen.
Berharap kamu tahu
walaupun sebenarnya kamu tak akan pernah tahu
Berharap kamu peduli
walaupun kamu tipe orang yang cuek setengah mati

Kangen
Tapi aku berusaha untuk tak kangen
Rumit ya? Kangen itu memang selalu rumit kok!
Lebih rumit lagi, kalau saya merasakannya tapi kamu tidak merasakannya
Cara terbaik adalah menahannya, melupakannya, atau mungkin membuangnya jauh dari otak saya, segera!
Berhasil atau tidak? Itu urusan belakangan.

Jika saya rindu, cukup menatap jendela
mengetuk-ngetuknya dengan tangan
 berharap nafasmu ikut berembun disitu.

Terobati atau tidak?
Itu urusan belakangan

0 komentar:

Posting Komentar